Jika kamu ingin tahu kedudukanmu disisi Allah, maka lihatlah kedudukan Allah di hatimu

Senin, 05 Desember 2011

Afrokhi Abdul Ghani (Penulis Buku Putih Kiyai NU) Ngumpet !!

Cukup banyak tulisan yang berjudul "KISAH TOBAT SEORANG KIYAI NU (KYAI AFROKHI)" atau "Kisah Taubat Seorang Kyai NU" atau "KISAH TOBAT KYAI AFROKHI DARI TBC (TAHAYUL, BID’AH, CHURAFAT)" atau semacamnya menyebar di internet. Isinya adalah tentang seorang Kiayi bernama Afrokhi Abdul Ghoni, yang katanya mantan Kiayi NU dan mengasuh sebuah pondok pesantren bernama “Rahmatullah”. Disitu diceritakan tentang kisah "taubat:" kiayi penulis buku "Buku Putih Kyai NU" ini dari dari amalan-amalan yang katanya sesat, bid'ah dan sebagainya. 

Dan berikut hasil investigasi dari Team Sarkubiyyah yang beranggotakan KH. Thobari Syadzili, Ust. Dafid Fuadi, Mbah Aqil Fikri, Pengemis Makam, Ka Kanda, Sedot WC & Saifullah (Wartawan Aula) ke kediaman kiayi yang katanya mantan kiayi NU tersebut. Dari hasil investigasi ini, maka juga bertebaranlah tulisan tandingan (fakta) yang berjudul : "Ternyata Nyali Afrokhi Al Wahhabi Al Mujassim Tidak Segede Omongannya !" atau "Team 'Densus 99 Anti wahabi' Gagal 'Menangkap' Afrokhi" atau "Afrokhi Al-Wahabi Ngumpet Saat Dikunjungi Densus 99 Anti Teroris Aqidah" dan semacamnya. Berikut adalah hasilnya :

Hasil Investigasi “Densus 99 Anti Teroris Aqidah” Terhadap Afrokhi Al Mujassim Al Wahhabi

Afrokhi Abdul Ghoni dengan buku batilnya yg berjudul “Buku Putih Kyai NU” telah menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam. Dengan beraninya ia mengatasnamakan sebagai kyai NU padahal ia mengusung konsep-konsep sesat wahhabi yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah Wal-Jama`ah. Seharusnya ia tidak mengatasnamakan NU, karena konsep yang di bawanya berbeda dengan konsep Ahlussunnah Wal Jama`ah yang selama ini diikuti warga NU. Jika penyimpangan ini dibiarkan, maka akan menjadi sebuah bom waktu yang sangat berbahaya bahkan bisa menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam.  

Dakwahnya pun tidak mengajak orang untuk dekat kepada Allah SWT, tapi justru mengajak untuk mencaci maki sesama umat Islam. Dalam setiap pidatonya, ia dengan gegabahnya menvonis syirik, kafir, bid’ah dan sesat kepada umat Islam selain golongannya. Afrokhi pun juga mengusung aqidah sesat tajsim aqidah khas wahhabi yang dapat menjerumuskan orang ke lembah kekufuran.

Sehingga tak jarang, ceramahnya Afrokhi  ini membuat resah bahkan dapat menyebabkan perpecahan umat, yang tidak menutup kemungkinan bisa memicu konflik horizontal. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Afrokhi ini hanya akan membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana telah difirmankan Allah SWT dalam surat Al Baqarah, 11-12 :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ .أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ -
Dan bila dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: ”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah: 11-12).

Rasulullah SAW telah memberikan peringatan akan munculnya pemimpin-pemimpin sesat dan menyesatkan yang berfatwa tanpa ilmu, dalam hadits berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.(رواه البخاري: 100/و مسلم: 6971)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW telah bersabda’: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan menariknya dari hati hamba-hambanya (ulama), akan tetapi mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga apabila tidak terdapat ulama, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh menjadi pemimpin mereka, lalu orang-orang bodoh itu akan ditanya (dimintai fatwa), kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, maka orang-orang bodoh itu menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”. (H.R Bukhari: 100, Muslim: 6971).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga telah memperingatkan akan kemunculan orang-orang yang berpikiran khwarij seperti Afrokhi ini :

سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِى قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري: 3611 و مسلم: 1066)
“Akan muncul pada akhir zaman, suatu kaum yang umurnya masih muda (yakni sedikit ilmunya), rusak akalnya. Mereka berkata dengan sebaik-baik perkataan manusia (yakni suka membahas masalah agama). Mereka membaca al-Qur`an, namun Al Qur’an tidak melewati kerongkongannya (yakni salah dalam memahami al-Qur`an). Mereka telah terlepas dari agama, bagaikan terlepasnya anak panah dari busurnya. Apabila kalian menemui mereka, bunuhlah mereka, karena terdapat ganjaran bagi yang membunuh mereka di sisi Allah pada hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari: 3611, Muslim: 1066)

Apalagi Wahhabi (= pengikut muhammad bin abdul wahhab dari Najd ) aliran sesat yang dikuti oleh Afrokhi , sebuah aliran yang telah didiskualifikasi oleh Rasulullah SAW dan dinilai sebagai generasi pengikut syetan dalam hadits shahih:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا، قَالَ، قَالُوا: وَفِي نَجْدِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ، قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا، قَالَ، قَالُوا: وَفِي نَجْدِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ، قَالَ: هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ. رواه البخاري (979) والترمذي (3888) وأحمد (5715)
“Dari Ibn Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan di sana akan lahir tanduk (generasi pengikut)  syetan.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (979), al-Tirmidzi (3888) dan Ahmad (5715).

Atas bebagai pertimbangan di atas itulah maka Team Sarkub memutuskan untuk segera mengadakan penelitian dan penelusuran lebih lanjut terhadap Afrokhi Abdul Ghoni.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah maka pada hari Ahad tgl. 13 Februari 2011 Team Sarkub yang terdiri : KH. Thobari Syadzili, Ust. Dafid Fuadi, Mbah Aqil Fikri, Pengemis Makam, Ka Kanda, Sedot WC & Saifullah (Wartawan Aula) mengadakan kunjungan ke Afrokhi yang bertempat tinggal di Dusun Puthuk Desa Banaran Kec. Kandangan Kab. Kediri Jawa Timur. Maksud dan tujuannya adalah untuk silaturrahim dan tabayun (kalrifikasi).

Sebelum berangkat ke alamat tersebut, team berkumpul di rumah Ust. Dafid Fuadi sejenak untuk istirahat dan shalat Zhuhur, setelah itu team langsung meluncur ke alamat tersebut. Sampai di dusun Puthuk jam 13.00 WIB, karena dusun tersebut berada di pelosok dan penuh liku maka team bertanya kepada warga setempat di mana letak rumah Afrokhi, meskipun warga memberitahu tapi rata-rata ekspresi wajahnya menunjukkan rasa kurang suka. Maklum, sejak Afrokhi menjadi wahhabi ia seringkali melukai perasaan hati warga. Afrokki tidak jarang mencaci maki amaliah warga setempat sehingga lama-kelamaan warga menjauh darinya.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya team sampai di rumah Afrokhi. Rumah tersebut terletak di sebuah gang kecil di dusun tersebut dengan jalan masuk agak curam. Sebuah rumah kecil nan sederhana yang teras depannya ada papan nama yang catnya mulai menua yang bertuliskan “Podok Pesantren dan Madrasah Rohmatulloh” dengan tanpa santri satu orang pun. Rumah tersebut terletak di lokasi pekarangan sempit.

Team turun dari mobil, lalu menghampiri rumah tersebut dan mengucapkan salam. Muncullah seorang pemuda tanggung berjenggot dan bercelana cinkrang berkata : “Mau mencari siapa?”.

Team Sarkub : “Pak Afrokhi ada di rumah ?”
Pemuda tanggung : “O..pak Kyai tidak ada di rumah”.
Team Sarkub : “Pergi ke mana ?”
Pemuda tanggung : “Mungkin Pak Kyai mengantar putranya ke neneknya, paling-paling sebentar, ayo silahkan masuk, coba saya telepon beliau !”.
Team Sarkub masuk ke rumah Afrokhi dan menunggu di ruang tamu sempit. Di ruang tamu tersebut nampak beberapa kitab standar yang jumlahnya tidak banyak dan kitab-kitab terjemahan bahasa Indonesia karya orang-orang wahhabi. Tidak lama kemudian, datanglah pemuda dewasa berjenggot dan berkata : “Maaf, Pak Kyai mungkin pulangnya masih lama.”
Team Sarkub : “Beliau pergi ke mana ?”
Pemuda dewasa : “Kami kurang tahu persis, tapi biasanya beliau seringkali ada acara mendadak. Mungkin kalau hari minggu seperti ini beliau mengisi acara di Batu Malang, kadang-kadang sampai dua tempat”.
Team Sarkub : “Kira-kira pulangnya jam berapa?”.
Pemuda dewasa : “Tidak tentu, biasanya ya lama sampai malam”.
Team Sarkub : “Ya sudah, tidak apa-apa, kami tunggu saja sampai beliau pulang.”
Pemuda dewasa : “Tapi lama lho…pulangnya, mungkin ada pesan untuk beliau?”.
Team Sarkub : “Tidak ada, kami hanya ingin silaturrahim saja, kami tunggu saja sampai beliau pulang. O..ya berapa nomor hp beliau ?”
Pemuda dewasa : “Wah, maaf, kemarin nomor hpnya hilang.” (sambil senyum yang dipaksakan).
Team Sarkub : “O…ya ya.”
Pemuda dewasa : “Maaf, saya tinggal dulu , ya.”
Team Sarkub : “O..ya silahkan”.

Selanjutnya dengan sabarnya Team Sarkub menunggu kedatangan Afrokhi yang tidak tak kunjung tiba. Hampir dua jam Team Sarkub masih berada di ruang tamu rumah Afrokhi, tapi –Alhamdulillah- sudah mendokumentasikan obyek-obyek penting di rumah Afrokhi. Akhirnya Mbah Pengemis Makam ke luar ruangan untuk kebul-kebul sejenak sambil mengamati situasi, lalu diikuti Ust. Dafid Fuadi dan menghampiri seorang remaja berjenggot yang ada di samping kiri rumah Afrokhi. Dafid Fuadi bertanya : “Kira-kira Pak Afrokhi ke mana, ya ?”. Remaja tadi menjawab : “Maaf, saya kurang tahu persis, tadi kayaknya mengantarkan putranya ke Mbahnya, paling-paling tidak lama”.

Team Sarkub sudah mulai tidak enak perasaannya, apalagi jika memperhatikan penjelasan-penjelasan seorang pemuda dewasa tadi sepertinya mengharapkan agar Team Sarkub harus secepatnya pergi dari situ.

Lalu Team Sarkub mencoba mengorek keterangan dari tetangga dekat Afrokhi yang rumahnya berada di sebelah selatan mepet dengan rumah Afrokhi.

Team Sarkub bertanya : “Maaf Pak! biasanya Pak Afrokhi ada di rumah jam berapa saja ?”.

Tetangga menjawab : “Tidak tentu, bapak-bapak ini apa ingin ketemu Pak Afrokhi ?”. Team Sarkub : “Ya, tapi katanya masih keluar”.

Tetangga : “Oo….”.

Team Sarkub : “Biasaya Pak Afrokhi kalau bepergian naik kendaraan apa?”.
Tetangga : “Kalau dekat ya paling2 naik sepeda motor revo atau megapro, tapi kalau jauh biasanya pake mobil merah”.

Team Sarkub semakin tidak enak perasaannya, karena yang pasti sepeda motor dan mobil merah (keluaran tahun lama) yang biasa dipakai Afrokhi itu masih ada semuanya. Belum habis rasa curiga Team Sarkub, tiba-tiba si tetangga nyelethuk : “Tadi saya dengar batuk-batuknya Pak Afrokhi, masa’ gak ada di rumah”.

Lalu Team Sarkub mohon diri dari si tetangga tersebut. Setelah bermusyawarah sebentar Team Sarkub memutuskan untuk segera meninggalkan lokasi, karena semakin banyak kejanggalan dan aroma tidak beres yang semakin menyengat.

Akhirnya Team Sarkub mohon diri dan berpamitan kepada seorang pemuda berjenggot yang ada di samping rumah Afrokhi, bahkan saat itu Team Sarkub mencoba minta nomor telepon rumah Afrokhi pun hanya dijawab : “Maaf, saya kurang tahu nomornya”.

Selanjutnya Team Sarkub pergi meninggalkan lokasi dengan sejuta tanda tanya.

Dalam perjalanan selanjutnya Team Sarkub singgah di sebuah Pon Pes. Darus Salam Sumbersari Kencong Kepung Kediri yang diasuh oleh KH. A. Zainuri Faqih untuk sholat Ashar dan mengorek data lebih lanjut tentang Afrokhi. Pesantren ini dihuni sekitar 1000 santri, jaraknya kurang lebih 6 km dari rumah Afrokhi. Di pesantren inilah Afrokhi pernah belajar agama bahkan sampai tamat. Menurut data-data santri yang ada di pesantren ini, Afrokhi tidak tergolong santri yang pintar, bahkan pelajaran-pelajaran pesantren yang mestinya harus dihafalkan, Afrokhi tidak pernah berhasil menghafalkan.

Dalam penelusuran Team Sarkub ada temuan yang menarik, berdasarkan keterangan dari tokoh-tokoh agama yang berada di sekitar Pare – Kandangan, bahwa beberapa bulan belakangan ini ada sejumlah petugas dari Kepolisian yang berpakaian preman yang terus berusaha mencari informasi tentang Afrokhi dari tokoh-tokoh agama setempat. Dikarenakan pengajian-pengajian Afrokhi di mana-mana mulai menimbulkan keresahan masyarakat, untungnya masyarakat masih menahan diri.

Demikian, laporan Team Sarkub, semoga Allah melindungi kita semua dari segala fitnah, bala’ , petaka di dunia dan akhirat. Amin Allahumma Amin.

oleh: Thariqat Sarkubiyah, pada 15 Februari 2011 jam 0:58
DOKUMENTASI PENJALANAN TIM INVESTIGASI

Jalan menuju tempat Afrokhi
Kediaman Afrokhi dan Papan nama "Pon.Pes & Madrasah Rohmatulloh" di teras rumah Afrokhi di dusun Puthuk, desa Banaran, kec. Kandangan, kab. Kediri. Hanya sebuah papan nama tanpa santri satu orang pun. Dari sinilah afrokhi menyebarkan fitnah wahhabi ke segala penjuru.
Kendaraan Afrokhi yg diparkir di depan rumah masih ada.
Perpustakaan milik Afrokhi. Ada beberapa terjemahan kitab-kitab karya orang-orang wahhabi dalam bahasa Indonesia.
Buku-buku bacaan Afrokhi, terdiri dari terjemahan kitab-kitab karya orang-orang wahhabi dalam bahasa Indonesia dan buku-buku terbitan La Tasyuk Surabaya.
Berapa buku terjemahan karya orang wahhabi, tampak buku terjemahan dari kitab Dha'if Adabul Mufrod karya Muhammad Nashiruddin Al Albani.
Salah satu buku penyebar fitnah terbitan La Tasyuk Surabaya, salah satu bacaan Afrokhi.

PERHATIKAN !! : Penerbit buku "La Tasyukk Fi Dlalalat al Wahabiyyah" salah menulis nama kitab yang dimaksud.
KH. Thobari dan Team Sarkub sedang sowan kepada KH. A. Zainuri Faqih (Pengasuh Pon. Pes. Darus Salam Sumbersari) di pesantren inilah Afrokhi pernah jadi santri, meskipun tidak tergolong santri yang pintar.
Tim bersama KH. A. Zainuri Faqih.

Dari kiri : Ust. Dafid Fuadi, KH. A. Zainuri Faqih, KH. Thobari Syadzili (dari Tangerang), dan Ka Kanda sedang mendengarkan penjelasan dari KH. A. Zainuri Faqih Pengasuh Pon.Pes. Darus Salam Sumbersari Kencong Kepung Kediri. Di Pon.Pes. inilah Afrokhi pernah menuntut ilmu, meskipun tidak tergolong santri yang pandai.
Dari kiri : Ka Kanda, KH. A. Zainuri Faqih, KH. Thobari Syadzili, Dafid Fuadi, Mbah Pengemis Makam, Mbah Aqil Fikri, dan Sedot WC, di rumah KH.A. Zainuri Faqih di Pon.Pes. Darus Salam SumberSari, Kencong, Kepung, Kediri, Jatim
Source : Tim Sarkub

Jumat, 04 November 2011

Idul Adha


Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh berkah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita ruku’ dan sujud sebagai pernyataan taat kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa, kita lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringatisaat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling beratyang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan  “Kholilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-kholil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman:
“Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang  “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang anak, dan sang ibu silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah noleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Mereka tidak terpengaruh sedikitpun untuk mengurunkan niatnya melaksanakan perintah Allah. Ibrahim melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau dileher putranya. Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
çm»oY÷ƒysùur ?xö/ÉÎ/ 5OŠÏàtã ÇÊÉÐÈ $oYø.ts?ur Ïmøn=tã Îû tûï̍ÅzFy$# ÇÊÉÑÈ íN»n=y #n?tã zOŠÏdºtö/Î) ÇÊÉÒÈ y7Ï9ºxx. ÌøgwU tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÊÉÈ
107.  “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”
108.  “Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang             Kemudian,”
109.  “(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".”
110.  “Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Konflik batin yang dialami Nabi Ibrahim, menggambarkan kelemahan mendasar Ibrahim karena perasaan cintaannya kepada Ismail yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan kebimbangan antara   kecintaannya kepada Ismail atau mengurbankannya untuk meraih cinta Tuhan. Perasaan cinta terhadap dunia secara berlebihan inilah yang juga merupakan titik lemah iman kita. Yang menyebabkan kita serakah terhadap dunia dan enggan berkurban.
Lalu! Siapa atau apa yang menjadi Ismail kita sekarang? Jabatan, kehormatan, atau profesi kita? Tabungan kita, rumah, kendaraan, keluarga kita, pakaian kita atau bahkan diri kita sendiri? Yang harus kita kurbankan adalah segala sesuatu yang melemahkan iman kita dan meghalangi kita untuk mendengarkan, mengamalkan dan berpihak kepada Allah. Perayaan Idul Qurban adalah mementum penyadaran atas ego dan kecintaan kita terhadap dunia. Kita kembalikan semuanya  kepada Allah, sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nya  kita semua kembali.
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha Penyayng. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan dipadang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah: Pertama, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan tanpa reserve (berfikir panjang) . Harus disambut dengan tekad “sami’na wa ‘ata’na. Nabi Ibrahim” istri, dan anaknya, telah meninggalkan contoh bahwa bila perlu, jiwa sendiripun haruslah dikorbankan, demi melaksanakan perintah-perintah Allah.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar kedua yang dapat kita tarik dari peristiwa tersebut, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan ilahi. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia ke jurang kejahatan dan kehancuran. Allah sendiri mengingatkan  kepada kita.
وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
I’tibar Ketiga, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), merupakan gambaran bahwa hawa nafsu hawaiyah harus dihilangkan.
I’tibar Keempat, bahimah bila dilihat dari unsur gizinya, mengandung suatu arti bahwa makanan, disamping halal harus yang diutamakan juga masalah gizinya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah kesedihan kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta yang saat ini sedang dirundung kesusahan.
Krisis ekonomi yang sudah beberapa tahun berjalan, menambah beban masyarakat ditambah lagi dengan naiknya harga BBM, tariff listrik, rekening telepon, dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok lainnya, sehingga menjadikan masyarakat kita tidak memiliki daya beli. Akibatnya, banyak kebutuhan-kebutuhan yang tidak terjangkau.
Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara. Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Hanya orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakannya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.

Rabu, 05 Oktober 2011

MARS MUSLIMAT NU

Marilah kaum ibu muslimat
Nahdlatul Ulama dan setia
Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas
Menjadi pedoman utama
Demi agama, nusa, dan bangsa
Negara damai bahagia
**
Insyaflah hai kaum ibu
Bimbinglah putra-putrimu
Iman teguh, bijaksana
Muslimat Indonesia
X2
Majulah kaum ibu muslimat
Pengemban, pembawa amanat
Pendidik, pembina bunga bangsa
Menunaikan tugas mulia
Berilmu, beramal, dan berbakti
bertaqwa pada Ilahi

MARS FATAYAT NU



Fatayat Nahdlatul Ulama
Teladan pemudi utama
Berguna bagi nusa bangsa
Menjunjung tinggi agama

Fatayat Nahdlatul Ulama
Wanita berpribadi luhur
Setia, terampil, dan jujur
Menuju masyarakat adil makmur

**
Fatayat berasas Pancasila
Bersendi A-Quran dan Sunnah
Ahlussunnah wal jama’ah
Menuju ridho Allah
X2

MARS GP ANSOR

Darah dan nyawa telah kuberikan
Syuhada rebah Allahu Akbar
Kini bebas rantai ikatan
Negara jaya Islam yang benar

Berkibar tinggi panji gerakan
Iman di dada patriot perkasa
Ansor maju satu barisan
Seribu rintangan patah semua

Tegakkan yang adil hancurkan yang dzalim
Makmur semua lenyap yang nista

Allahu Akbar - Allahu Akbar
Pajar baja gerakan kita
Bangkitlah bangkit putra pertiwi
Tiada gentar dada ke muka
Bela agama bangsa negeri

MARS IPPNU



Lagu: M. Embut
Sirnalah gelap terbitlah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Segala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi
Di pagi yang terang
Hatiku teguh bagimu ikatan
Di malam yang hening
Di hati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri

Anda pengunjung yang ke