Jika kamu ingin tahu kedudukanmu disisi Allah, maka lihatlah kedudukan Allah di hatimu

Senin, 05 Desember 2011

Afrokhi Abdul Ghani (Penulis Buku Putih Kiyai NU) Ngumpet !!

Cukup banyak tulisan yang berjudul "KISAH TOBAT SEORANG KIYAI NU (KYAI AFROKHI)" atau "Kisah Taubat Seorang Kyai NU" atau "KISAH TOBAT KYAI AFROKHI DARI TBC (TAHAYUL, BID’AH, CHURAFAT)" atau semacamnya menyebar di internet. Isinya adalah tentang seorang Kiayi bernama Afrokhi Abdul Ghoni, yang katanya mantan Kiayi NU dan mengasuh sebuah pondok pesantren bernama “Rahmatullah”. Disitu diceritakan tentang kisah "taubat:" kiayi penulis buku "Buku Putih Kyai NU" ini dari dari amalan-amalan yang katanya sesat, bid'ah dan sebagainya. 

Dan berikut hasil investigasi dari Team Sarkubiyyah yang beranggotakan KH. Thobari Syadzili, Ust. Dafid Fuadi, Mbah Aqil Fikri, Pengemis Makam, Ka Kanda, Sedot WC & Saifullah (Wartawan Aula) ke kediaman kiayi yang katanya mantan kiayi NU tersebut. Dari hasil investigasi ini, maka juga bertebaranlah tulisan tandingan (fakta) yang berjudul : "Ternyata Nyali Afrokhi Al Wahhabi Al Mujassim Tidak Segede Omongannya !" atau "Team 'Densus 99 Anti wahabi' Gagal 'Menangkap' Afrokhi" atau "Afrokhi Al-Wahabi Ngumpet Saat Dikunjungi Densus 99 Anti Teroris Aqidah" dan semacamnya. Berikut adalah hasilnya :

Hasil Investigasi “Densus 99 Anti Teroris Aqidah” Terhadap Afrokhi Al Mujassim Al Wahhabi

Afrokhi Abdul Ghoni dengan buku batilnya yg berjudul “Buku Putih Kyai NU” telah menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam. Dengan beraninya ia mengatasnamakan sebagai kyai NU padahal ia mengusung konsep-konsep sesat wahhabi yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah Wal-Jama`ah. Seharusnya ia tidak mengatasnamakan NU, karena konsep yang di bawanya berbeda dengan konsep Ahlussunnah Wal Jama`ah yang selama ini diikuti warga NU. Jika penyimpangan ini dibiarkan, maka akan menjadi sebuah bom waktu yang sangat berbahaya bahkan bisa menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam.  

Dakwahnya pun tidak mengajak orang untuk dekat kepada Allah SWT, tapi justru mengajak untuk mencaci maki sesama umat Islam. Dalam setiap pidatonya, ia dengan gegabahnya menvonis syirik, kafir, bid’ah dan sesat kepada umat Islam selain golongannya. Afrokhi pun juga mengusung aqidah sesat tajsim aqidah khas wahhabi yang dapat menjerumuskan orang ke lembah kekufuran.

Sehingga tak jarang, ceramahnya Afrokhi  ini membuat resah bahkan dapat menyebabkan perpecahan umat, yang tidak menutup kemungkinan bisa memicu konflik horizontal. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Afrokhi ini hanya akan membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana telah difirmankan Allah SWT dalam surat Al Baqarah, 11-12 :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ .أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ -
Dan bila dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: ”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah: 11-12).

Rasulullah SAW telah memberikan peringatan akan munculnya pemimpin-pemimpin sesat dan menyesatkan yang berfatwa tanpa ilmu, dalam hadits berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.(رواه البخاري: 100/و مسلم: 6971)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW telah bersabda’: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan menariknya dari hati hamba-hambanya (ulama), akan tetapi mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga apabila tidak terdapat ulama, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh menjadi pemimpin mereka, lalu orang-orang bodoh itu akan ditanya (dimintai fatwa), kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, maka orang-orang bodoh itu menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”. (H.R Bukhari: 100, Muslim: 6971).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga telah memperingatkan akan kemunculan orang-orang yang berpikiran khwarij seperti Afrokhi ini :

سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِى قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري: 3611 و مسلم: 1066)
“Akan muncul pada akhir zaman, suatu kaum yang umurnya masih muda (yakni sedikit ilmunya), rusak akalnya. Mereka berkata dengan sebaik-baik perkataan manusia (yakni suka membahas masalah agama). Mereka membaca al-Qur`an, namun Al Qur’an tidak melewati kerongkongannya (yakni salah dalam memahami al-Qur`an). Mereka telah terlepas dari agama, bagaikan terlepasnya anak panah dari busurnya. Apabila kalian menemui mereka, bunuhlah mereka, karena terdapat ganjaran bagi yang membunuh mereka di sisi Allah pada hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari: 3611, Muslim: 1066)

Apalagi Wahhabi (= pengikut muhammad bin abdul wahhab dari Najd ) aliran sesat yang dikuti oleh Afrokhi , sebuah aliran yang telah didiskualifikasi oleh Rasulullah SAW dan dinilai sebagai generasi pengikut syetan dalam hadits shahih:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا، قَالَ، قَالُوا: وَفِي نَجْدِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ، قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا، قَالَ، قَالُوا: وَفِي نَجْدِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ، قَالَ: هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ. رواه البخاري (979) والترمذي (3888) وأحمد (5715)
“Dari Ibn Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan di sana akan lahir tanduk (generasi pengikut)  syetan.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (979), al-Tirmidzi (3888) dan Ahmad (5715).

Atas bebagai pertimbangan di atas itulah maka Team Sarkub memutuskan untuk segera mengadakan penelitian dan penelusuran lebih lanjut terhadap Afrokhi Abdul Ghoni.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah maka pada hari Ahad tgl. 13 Februari 2011 Team Sarkub yang terdiri : KH. Thobari Syadzili, Ust. Dafid Fuadi, Mbah Aqil Fikri, Pengemis Makam, Ka Kanda, Sedot WC & Saifullah (Wartawan Aula) mengadakan kunjungan ke Afrokhi yang bertempat tinggal di Dusun Puthuk Desa Banaran Kec. Kandangan Kab. Kediri Jawa Timur. Maksud dan tujuannya adalah untuk silaturrahim dan tabayun (kalrifikasi).

Sebelum berangkat ke alamat tersebut, team berkumpul di rumah Ust. Dafid Fuadi sejenak untuk istirahat dan shalat Zhuhur, setelah itu team langsung meluncur ke alamat tersebut. Sampai di dusun Puthuk jam 13.00 WIB, karena dusun tersebut berada di pelosok dan penuh liku maka team bertanya kepada warga setempat di mana letak rumah Afrokhi, meskipun warga memberitahu tapi rata-rata ekspresi wajahnya menunjukkan rasa kurang suka. Maklum, sejak Afrokhi menjadi wahhabi ia seringkali melukai perasaan hati warga. Afrokki tidak jarang mencaci maki amaliah warga setempat sehingga lama-kelamaan warga menjauh darinya.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya team sampai di rumah Afrokhi. Rumah tersebut terletak di sebuah gang kecil di dusun tersebut dengan jalan masuk agak curam. Sebuah rumah kecil nan sederhana yang teras depannya ada papan nama yang catnya mulai menua yang bertuliskan “Podok Pesantren dan Madrasah Rohmatulloh” dengan tanpa santri satu orang pun. Rumah tersebut terletak di lokasi pekarangan sempit.

Team turun dari mobil, lalu menghampiri rumah tersebut dan mengucapkan salam. Muncullah seorang pemuda tanggung berjenggot dan bercelana cinkrang berkata : “Mau mencari siapa?”.

Team Sarkub : “Pak Afrokhi ada di rumah ?”
Pemuda tanggung : “O..pak Kyai tidak ada di rumah”.
Team Sarkub : “Pergi ke mana ?”
Pemuda tanggung : “Mungkin Pak Kyai mengantar putranya ke neneknya, paling-paling sebentar, ayo silahkan masuk, coba saya telepon beliau !”.
Team Sarkub masuk ke rumah Afrokhi dan menunggu di ruang tamu sempit. Di ruang tamu tersebut nampak beberapa kitab standar yang jumlahnya tidak banyak dan kitab-kitab terjemahan bahasa Indonesia karya orang-orang wahhabi. Tidak lama kemudian, datanglah pemuda dewasa berjenggot dan berkata : “Maaf, Pak Kyai mungkin pulangnya masih lama.”
Team Sarkub : “Beliau pergi ke mana ?”
Pemuda dewasa : “Kami kurang tahu persis, tapi biasanya beliau seringkali ada acara mendadak. Mungkin kalau hari minggu seperti ini beliau mengisi acara di Batu Malang, kadang-kadang sampai dua tempat”.
Team Sarkub : “Kira-kira pulangnya jam berapa?”.
Pemuda dewasa : “Tidak tentu, biasanya ya lama sampai malam”.
Team Sarkub : “Ya sudah, tidak apa-apa, kami tunggu saja sampai beliau pulang.”
Pemuda dewasa : “Tapi lama lho…pulangnya, mungkin ada pesan untuk beliau?”.
Team Sarkub : “Tidak ada, kami hanya ingin silaturrahim saja, kami tunggu saja sampai beliau pulang. O..ya berapa nomor hp beliau ?”
Pemuda dewasa : “Wah, maaf, kemarin nomor hpnya hilang.” (sambil senyum yang dipaksakan).
Team Sarkub : “O…ya ya.”
Pemuda dewasa : “Maaf, saya tinggal dulu , ya.”
Team Sarkub : “O..ya silahkan”.

Selanjutnya dengan sabarnya Team Sarkub menunggu kedatangan Afrokhi yang tidak tak kunjung tiba. Hampir dua jam Team Sarkub masih berada di ruang tamu rumah Afrokhi, tapi –Alhamdulillah- sudah mendokumentasikan obyek-obyek penting di rumah Afrokhi. Akhirnya Mbah Pengemis Makam ke luar ruangan untuk kebul-kebul sejenak sambil mengamati situasi, lalu diikuti Ust. Dafid Fuadi dan menghampiri seorang remaja berjenggot yang ada di samping kiri rumah Afrokhi. Dafid Fuadi bertanya : “Kira-kira Pak Afrokhi ke mana, ya ?”. Remaja tadi menjawab : “Maaf, saya kurang tahu persis, tadi kayaknya mengantarkan putranya ke Mbahnya, paling-paling tidak lama”.

Team Sarkub sudah mulai tidak enak perasaannya, apalagi jika memperhatikan penjelasan-penjelasan seorang pemuda dewasa tadi sepertinya mengharapkan agar Team Sarkub harus secepatnya pergi dari situ.

Lalu Team Sarkub mencoba mengorek keterangan dari tetangga dekat Afrokhi yang rumahnya berada di sebelah selatan mepet dengan rumah Afrokhi.

Team Sarkub bertanya : “Maaf Pak! biasanya Pak Afrokhi ada di rumah jam berapa saja ?”.

Tetangga menjawab : “Tidak tentu, bapak-bapak ini apa ingin ketemu Pak Afrokhi ?”. Team Sarkub : “Ya, tapi katanya masih keluar”.

Tetangga : “Oo….”.

Team Sarkub : “Biasaya Pak Afrokhi kalau bepergian naik kendaraan apa?”.
Tetangga : “Kalau dekat ya paling2 naik sepeda motor revo atau megapro, tapi kalau jauh biasanya pake mobil merah”.

Team Sarkub semakin tidak enak perasaannya, karena yang pasti sepeda motor dan mobil merah (keluaran tahun lama) yang biasa dipakai Afrokhi itu masih ada semuanya. Belum habis rasa curiga Team Sarkub, tiba-tiba si tetangga nyelethuk : “Tadi saya dengar batuk-batuknya Pak Afrokhi, masa’ gak ada di rumah”.

Lalu Team Sarkub mohon diri dari si tetangga tersebut. Setelah bermusyawarah sebentar Team Sarkub memutuskan untuk segera meninggalkan lokasi, karena semakin banyak kejanggalan dan aroma tidak beres yang semakin menyengat.

Akhirnya Team Sarkub mohon diri dan berpamitan kepada seorang pemuda berjenggot yang ada di samping rumah Afrokhi, bahkan saat itu Team Sarkub mencoba minta nomor telepon rumah Afrokhi pun hanya dijawab : “Maaf, saya kurang tahu nomornya”.

Selanjutnya Team Sarkub pergi meninggalkan lokasi dengan sejuta tanda tanya.

Dalam perjalanan selanjutnya Team Sarkub singgah di sebuah Pon Pes. Darus Salam Sumbersari Kencong Kepung Kediri yang diasuh oleh KH. A. Zainuri Faqih untuk sholat Ashar dan mengorek data lebih lanjut tentang Afrokhi. Pesantren ini dihuni sekitar 1000 santri, jaraknya kurang lebih 6 km dari rumah Afrokhi. Di pesantren inilah Afrokhi pernah belajar agama bahkan sampai tamat. Menurut data-data santri yang ada di pesantren ini, Afrokhi tidak tergolong santri yang pintar, bahkan pelajaran-pelajaran pesantren yang mestinya harus dihafalkan, Afrokhi tidak pernah berhasil menghafalkan.

Dalam penelusuran Team Sarkub ada temuan yang menarik, berdasarkan keterangan dari tokoh-tokoh agama yang berada di sekitar Pare – Kandangan, bahwa beberapa bulan belakangan ini ada sejumlah petugas dari Kepolisian yang berpakaian preman yang terus berusaha mencari informasi tentang Afrokhi dari tokoh-tokoh agama setempat. Dikarenakan pengajian-pengajian Afrokhi di mana-mana mulai menimbulkan keresahan masyarakat, untungnya masyarakat masih menahan diri.

Demikian, laporan Team Sarkub, semoga Allah melindungi kita semua dari segala fitnah, bala’ , petaka di dunia dan akhirat. Amin Allahumma Amin.

oleh: Thariqat Sarkubiyah, pada 15 Februari 2011 jam 0:58
DOKUMENTASI PENJALANAN TIM INVESTIGASI

Jalan menuju tempat Afrokhi
Kediaman Afrokhi dan Papan nama "Pon.Pes & Madrasah Rohmatulloh" di teras rumah Afrokhi di dusun Puthuk, desa Banaran, kec. Kandangan, kab. Kediri. Hanya sebuah papan nama tanpa santri satu orang pun. Dari sinilah afrokhi menyebarkan fitnah wahhabi ke segala penjuru.
Kendaraan Afrokhi yg diparkir di depan rumah masih ada.
Perpustakaan milik Afrokhi. Ada beberapa terjemahan kitab-kitab karya orang-orang wahhabi dalam bahasa Indonesia.
Buku-buku bacaan Afrokhi, terdiri dari terjemahan kitab-kitab karya orang-orang wahhabi dalam bahasa Indonesia dan buku-buku terbitan La Tasyuk Surabaya.
Berapa buku terjemahan karya orang wahhabi, tampak buku terjemahan dari kitab Dha'if Adabul Mufrod karya Muhammad Nashiruddin Al Albani.
Salah satu buku penyebar fitnah terbitan La Tasyuk Surabaya, salah satu bacaan Afrokhi.

PERHATIKAN !! : Penerbit buku "La Tasyukk Fi Dlalalat al Wahabiyyah" salah menulis nama kitab yang dimaksud.
KH. Thobari dan Team Sarkub sedang sowan kepada KH. A. Zainuri Faqih (Pengasuh Pon. Pes. Darus Salam Sumbersari) di pesantren inilah Afrokhi pernah jadi santri, meskipun tidak tergolong santri yang pintar.
Tim bersama KH. A. Zainuri Faqih.

Dari kiri : Ust. Dafid Fuadi, KH. A. Zainuri Faqih, KH. Thobari Syadzili (dari Tangerang), dan Ka Kanda sedang mendengarkan penjelasan dari KH. A. Zainuri Faqih Pengasuh Pon.Pes. Darus Salam Sumbersari Kencong Kepung Kediri. Di Pon.Pes. inilah Afrokhi pernah menuntut ilmu, meskipun tidak tergolong santri yang pandai.
Dari kiri : Ka Kanda, KH. A. Zainuri Faqih, KH. Thobari Syadzili, Dafid Fuadi, Mbah Pengemis Makam, Mbah Aqil Fikri, dan Sedot WC, di rumah KH.A. Zainuri Faqih di Pon.Pes. Darus Salam SumberSari, Kencong, Kepung, Kediri, Jatim
Source : Tim Sarkub

33 komentar:

  1. assalmlkm.afwan pak mau tanya mohon di jawab ya pak..kita kan ummatnya baginda nabi Muhammad S.A.W yang katanya kita harus ikuti dan jalankan syariatnya.kalo kita mau jujur sama hati kita yg paling dalam,sebenarya pasti ketemu apa yang di gembar gemborkan pak afroki..ni maaf ya pak.saya juga warga nahdhiyin lo pak.tapi ketika kita mau bertanya dan cari tau sejarahnya Tahlilan,pasti ketemu..dan kalo mau jujur para kiyai pasti sepakat bahwa ibadah dalam bentuk ritual tahlilan tidak pernah dilakukan oleh baginda nabi,baik saat istrinya ibnunda hadijah.ra atau pun cucunya yang meninggal.lalu syariat ibadah kita khususnya tahlilan ikut siapa pak..??? syukron wassalam - ibnusunan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alaikum salam Wr Wb ...
      sebenernya acara tahlilan itu adalah acara yg dianjurka rosulullah SAW dg alasan :
      1. Al-Ulama'u warosatul Anbiya'
      2. banyak Hadits yg menerangkan tentang dzikir berjamaah
      3. tidak ada larangan berbuat baik (tahlilan) dalam Islam
      4. Al-Imam Sufyan, seorang ulama salaf berkata : “dari Sufyan, bahwa Imam Thawus berkata, “sesungguhnya orang yang telah meninggal akan diuji di dalam kubur selama tujuh hari, oleh karena itu mereka (kaum salaf) menganjurkan bersedekah makanan untuk keluarga yang meninggal selama tujuh hari tersebut.” (HR. Imam Ahmad dalam al-Zuhd, al-Hafizh Abu Nu’aim, dalam Hilyah al-Auliya juz 4 hlm 11. dan Ibn Hajar dalam al-Mathalib al-‘Aliyah, juz 5 hlm 330).

      Jadi sudah jelas bahwa tradisi 7 harian sudah dilakukan sejak generasi sahabat di Arab sana, mana mungkin di Arab ada orang hindu pada waktu itu, atau orang hindu yang ikut-ikutan tradisi para generasi sahabat.

      Hapus
    2. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibn Taimiyah ulama utama panutan kaum wahabi berkata :

      “Ibn Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “dzikir kalian ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai dan menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum muslimin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah (laa haula walaa kuwwata illaa billah) dan sholawat kepada Nabi SAW. Lalu Ibn Taimiyah menjawab : “berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam shahih bukhari, Nabi SAW bersabda : “sesungguhnya Allah SWT memiliki banyak malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “silahkan kalian sampaikan hajat kalian” lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “kami menemukan mereka bertasbih dan bertahmid kepadaMu” … adapun memilihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an berdzikir atau berdo’a, setiap pagi dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini merupakan tradisi Rasulullah SAW dan hamba-hamba Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatwa Ibn Taimiyah, juz 22 hal 520)

      Pernyataan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah diatas memberikan kesimpulan bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi bacaan yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir dll seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan adalah “amal shaleh dan termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu.”

      Hapus
    3. yang saya tanyakan adalah,1 pernah gak rosullulloh melakukan hal itu? 2 hadis yang mana pak.?sekalian perawinya tolong di jelaskan juga derajat nya sohih apa tidak,soalnya saya pernah di kasih tau bahwa hadist sebagai rujukan itu harus yang sohih,3 soal tahlilan(ma'tam)setau saya hanya ada di indonesia (awalnya)bukan diarab lalu bagai mana menurut bapak tentang fatwa atau pendapat imam syafi'i rokhimakumulloh tentang hukum ma'tam(berkumpul dirumah si mayit)di dalaum kitabnya al-um.beliau sangat tegas dan yang paling keras mengharamkan ma'tam diantara ulama mahdzab yang lain.tapi kalo untuk ta'ziah maka itulah yang sunnah.tentunya harus mengerti dan memakai adab-adab dalam berta'ziah sebagaimana yang diterangkan dalam hadist ja'far saya mohon bpk menjelaskannya agar kita semua jangan sampai salah langkah dalam beramal ibadah sebab yang namanya kebaikan itu belum tentu oleh alloh di anggap baik.karna kita tau bahwa baginda nabi telah menyampaikan amanah risalah dengan sempurna tak kurang dan tak lupa..jadi poinnya jika baginda dan para sahabatnya saja yg mengerti islam dengan baik dan benar saja tidak pernah berbuat seperti itu maka kepada siapa amal ibadah yg kita kerjakan kita sandarkan..mohon pencerahannya jazakalloh.

      Hapus
    4. 1. Rosulullah tidak pernah melakukan hal itu, tp rosulullah juga tidak melarangnya.
      2. hadits yang ana maksud (hr At-Tabrani) dalam kitab Mu'jam al-Kabir (9797) dan "HR Muslim (1134) abu Dawud (2447)" hadits ini yang mendukung acara tahlilan walaupun dalam konteksnya tidak dijelaskan secara langsung.
      3. sebelum ana jawab ana tanya dulu? anda pengikut imam Syafi'i atau pengikut Muhammad bin Abdul wahab?
      kalau anda pengikut Muhammad bin Abdul wahab (Wahabi) seharusnya anda melaksanakan tahlilan karena mengikuti pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yg sudah saya jelaskan diatas.
      kalau anda pengikut Syafi'i seperti saya anda juga harus melaksanakan tahlilan seperti yg warga nahdliyin laksanakan karena Dalam madzhab syafi’i sendiri, para ulama sepakat bahwa ketika terjadi perselisihan pendapat antara qoul qodim (pendapat lama) yaitu hasil ijtihat beliau waktu masih di Iraq, dan qoul jadid (pendapat baru) yaitu hasil ijtihat beliau waktu masih di Mesir. Kita harus mengikuti pendaapat yang baru (qoul jadid) sesuai dengan pesan beliau sendiri, AKAN TETAPI sekitar dalam 12 masalah para ulama kita mengharuskan mengikuti qoul qodimm (pendapat lama) karena setelah dikaji dan diteliti QOUL QODIIM itu lebih kuat dalilnya dalam 12 masalah tersebut diantaranya seperti yang anda posting itu, BUKAN BERARTI kami keluar dari madzhab beliau TETAPI kami mengikuti madzhab beliau dalam ijtihad yang kami pandang benar dan kuat dalilnya. Bukan hanya NB (norok buntek) aja.
      4. Poinya . pada siapa amal ibadah kita disandarkan ya jelas jawabanya pada Allah, memang Rasul tidak pernah mencotohkanya, dan banyak sekali ibadah yg dilakukan umat islam tanpa ada contoh dari nabi diantaranya, membaca al-Quran (nabi gk pernah melakukanya karena belum bntuk mushab) pemberian titik dan harakat pada al-Qur'an dll.
      untuk tahlilan beliau menganjurkanya dengan sabda beliau "al-Ulama'r warosatul Anbiya'" ketika kita mengikuti ulama toh artinya kita mengikuti Rosul. ada pula haditsnya yg berbunyi
      مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ . ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

      “Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah (sunnah yang baik) dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu sunnah sayyiah (sunnah yang jelek) dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim

      Wallahu A'lam

      Hapus
    5. kalo ditanya saya pengikutnya imam siapa? pasti saya jawab siapa saja imam yang mengikuti jalan alloh,dan rosulnya mereka wajib untuk kita ikuti,akan tetapi karna saya,bukan ulama muctahid maka kebanyakan saya mengikuti pendapat AL-imam asy syafi'i.namun tidak menutup kemungkinan dalam masalah fiqih ana tidak slalu berpendapat,pada pendapat beliau, karena apa? karena imam panutan kita ,imam panutan antum dan khususnya kaum nahdiyin yang (maaf:kebanyakan hanya ber taqlid,dng kiyainya) tidak pernah mau mengkaji ktab2 imam madzab khususnya imam yg saya ikuti yaitu imam syafi,i kalo antum ingat wasiat-wasiat imam mahdzab mereka semua berwasiat,apalagi imam syafi'i salah satu wasiat beliau:(jika disuatu hari nanti ada pendapatku yang menyelisihi sunnah nabi maka tinggalkanlah pendapatku anggaplah aku orang gila dan ikutilah sunnah) Yang jadi masalah masyarakat khususnya kita warga nahdiyin belum memahami apa itu sunnah,kita hanya tau sunnah hanya dari fiqiiyyah saja.

      Kalo antum bilang baginda nabi tidak pernah membaca al-qurq'an maka itu salah beliau selalu ber tadarus,para sahabat pun demikian bahkan ada yang menghafal al-qur'an dlm waktu beberapa minggu saja ,kalo dikatakan NABI TIDAK PERNAH MELARANG TAHLILAN,maka saya setuju karna apa? karna tahlilan baru dilaksanakan di zaman /era wali 9 yg penggagasnya adalah sunan kali jogo,silahkan antum beli buku sejarah dakwanya wali songo(ana sudah beli dari berbagai penerbit berbeda namun poinnya sama)dan selaraskan dng QS:AL-baqoroh:42 kalo saja tahlilan trjadi dizaman Nabi pasti DNG tegas beliau melarangnya,kalo terjadi di zaman imam syafi'i sudah pasti beliaupun melarangnya,karna tidak sesuai dng sunnah,dan kalo memang tahlilan dari syariat islam tentu imam syafi,i dan baginda nabi yang lebih dulu mengamalkannya ketimbang kita yg ulama bukan apalagi nabi?

      satu hal lagi yg bpk,harus jelaskan sama saya
      karna ini adalah kunci dari semua perdebatan di muka bumi baik itu wahabi,NU,MU,PERSIS,Atau apalah namanya yg penting bukan syi'ah atau ahmadiyah, jelaskan APA itu SUNNAH:dari sisi Bahasa? APA ITU SUNNAH: dari sisi istilah,syar'iyyah. karna ada sunnah sayyi'ah dan sunnah hasanah seperti yag antum terangkan.sya tunggu penjelasan sunnahnya........syukron

      Hapus
    6. alhamdulillah ....
      sebenarnya penjelasan masalah sunnah sudah saya jelaskan di komentar anda pada masalah celana cingkrang beberapa hari yang lalu 9http://nupasrujambe.blogspot.com/2011/07/jenggot-celana-cingkrang-dan-cadar.html)

      sunnah). Secara bahasa, kata السنة (al-sunnah) berarti السيرة حسنة كانت أو قبيحة (perjalanan hidup yang baik atau yang buruk) atau juga perbuatan.

      Sedangkan menurut istilah ahli hadits yaitu, “apa yang disandarkan kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, atau sifat, baik fisik; akhlaq maupun perjalanan hidup, sebelum diangkat menjadi Nabi atau sesudahnya.”

      Hapus
    7. kok ana ragu kalo nabi pernah baca al-Qur'an yg ana tau beliau menghafalkan bukan membaca.
      kenapa anda ngotot sesuatu yg tidak pernah dilakukan nabi maka nabi akan melarangnya, heeemmmm ... antum salah besar.
      bagai mana dengan pembukuan al-Quran dan pemberian harakat dan titik pada Al-Qur'an, andai itu salah maka umat islam saat ini akan kesulitan mempelajari al-Qur'an.

      kenapa anda yaqin kalo tahlilan ada pada zaman nabi maka nabi melarangnya?
      yang memulai acara/ritual tahlilan itu adalah ulama/wali, salahkah kami mengikuti beliau, padahal nabi bersabda "Al'ulamau warosatul Anbiya'"

      Hapus
    8. sebelumnya ana trimakasih atas penjelasan lebarnya, yg mau ana tanyakan gimana menurut antum jika kita kirim pahala ke mayit...?, kalo mendoakannya kan memang dianjurkan, tapi yg itu kok agak mengganjal di hati ana, yang beramal kita, tapi kok yang dapat pahala si mayit...?

      Hapus
    9. logisnya begina ikhwan, misal, ana bekerja dan antum tidak secara otomatis yang mendapat gaji kan ana bukan antum, TAPI kalo gaji ana saya hadiyahkan ke antum, apa ada yang melarang, enggak khan?
      untuk lebih jelasnya baca dibawah ini

      Dalam Al-Majmu’ jilid 15/522 Imam Nawawi telah menghikayatkan ijma’ ulama bahwa ‘sedekah itu dapat terjadi untuk mayyit dan sampai pahalanya dan beliau tidak mengaitkan bahwa sedekah itu harus dari seorang anak ’.

      Hal yang serupa ini juga diungkapkan oleh Syaikh Bakri Syatha Dimyati dalam kitab I’anatut Thalibin jilid 3/218: ‘ Dan sedekah untuk mayyit dapat memberi manfaat kepadanya baik sedekah itu dari ahli warisnya ataupun dari yang selainnya’

      Juga hadits-hadits Nabi saw. mengenai hadiah pahala Qurban diantaranya yang diriyayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik ra:

      عَنْ أنَسِ (ر) عَنْ عَلِىّ (كَرَّمَهُ اللهُ وَجْهَه) اَنَّهُ كَانَ يُضَحِّى بِكَبْشَيْنِ اَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِى.صَ.

      وَالآخَرُ عَنْ نََفْسِهِ فَقِيْلَ لَهُ فَقَالَ اَمَرَنِي ِبهِ يَعْنِى النَّبِى اَدَعُهُ اَبَدًا.


      “Dari Anas bahwasanya Ali kw. berkorban dengan dua ekor kambing kibas. Yang satu (pahalanya) untuk Nabi Muhammad saw.dan yang kedua (pahalanya) untuk beliau sendiri. Maka ditanyakanlah hal itu kepadanya (Ali kw.) dan beliau menjawab : ‘Nabi saw.memerintahkan saya untuk melakukan hal demikian maka saya selalu memperbuat dan tidak meninggalkannya‘ ”. (HR Turmudzi).

      Aisyah ra mengatakan bahwasanya Rasulallah saw. menyuruh didatangkan seekor kibas untuk dikorbankan. Setelah didatangkan beliau saw. berdo’a :


      بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ


      “Dengan nama Allah ! Ya, Allah terimalah (pahala korban ini) dari Muhamad, keluarga Muhamad dan dari ummat Muhammad ! Kemudian Nabi menyembelihnya”. (HR. Muslim)

      Begitu juga hadits yang senada diatas dari Jabir ra yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi yang menerangkan bahwa ia pernah shalat 'Iedul Adha bersama Rasulallah saw., setelah selesai shalat beliau di- berikan seekor domba lalu beliau menyembelihnya seraya mengucapkan:

      “Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, kurban ini untukku dan untuk umatku yang belum melakukan qurban”.

      hadits diatas ini menunjukkan hadiah pahala korban dari Sayyidina Ali kw untuk dirinya dan untuk Nabi saw., begitu juga pahala korban dari Nabi saw. untuk diri beliau saw., para keluarganya dan bahkan untuk segenap ummatnya. Hadits-hadits ini malah membolehkan hadiah pahala amalan yang ditujukan kepada orang yang masih hidup yang belum sempat ber- qurban, padahal orang yang hidup itu masih bisa beramal sendiri didunia ini.

      Hapus
    10. penjelasan itu kan sebelumnya kambing sudah dihadiahkan kepada Nabi SAW. Tapi kalau pahala gimana....? Jadi gimana kalau ana membayar orang-orang miskin yang sholih untuk memberikan pahalanya kepada ana dan kenapa kok harus mati dulu baru bisa ngirim pahalanya???

      Hapus
    11. ibnu mas'ud, tolong antum baca lg, yg dibuat hadiah itu kambingnya ato pahalanya, lawong sdh amat jelas teks hadits menyebutkan pahalanya bkan kambingnya.
      kalo antum bayar orang miskin dg tujuan pahalanya dikirim ke antum yo jelas gak bisa, tp kalo antum bersedekah pd orang sholih mka dg sndrinya pahalanya akan datang sndiri pd antum.
      kata cpa hrus mnunggu mati dulu baru bisa ngirim pahala?

      Hapus
  2. kalau kita tidak ikut kyai trus mau ikut siapa lagi???????????
    kalau kita tidak ikut para wali trus mau ikut siapa lagi??????
    karena kita tidak akan bisa menikmati ajaran2 nabi muhammad saat ini tanpa melalui kyai dan juga para wali.........
    ia kalau kita semasa dengan nabi,,,,kita tidak perlu bertanya masalah agama kepada kyai dan juga wali karena bisa ditanyakan lgsg kepada nabi....
    lha sekarang?????????
    nabi sudah tidak ada booosssss......

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa salahnya kita mencari sendiri dasar hukumnya, kan Rosulullah meninggalkan 2 perkara yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Itu kan sudah pasti kebenarannya dari pada Kyai atau Wali.

      Hapus
    2. bener kata ibnu mas'ud, akn tetapi kita akan dpt ilmu dr mana kalo tidak melalui para kiyai. pikir dong? kalo antum mau belajar al-Quran dan hadits jgn belajar terjemahanya saja entar antum keblinger.
      inget sabda nabi "al'ulama'u warosatul anbiya'" hadits itu sdh jelas kalo ulama' (para kiyai dan wali) adalah penerus nabi, jangan sekali-kali antum mengingkarinya.

      Hapus
  3. Assalamu'alaikum, Mas Zaki dan Mas-Mas yang lain...
    tidak pengen terlalu mendukung pendapat siapa2 kecuali ingin menghindari sikap dan cara pembenaran yang bisa saja salah dibenarkan (kalo benar dibenarkan memang sudah seharusnya)...

    menurut saya (mencoba memposisikan diri sbg pihak lain), seandainya kita dari kecil pengen belajar ilmu pengetahuan, apakah bisa kita langsung belajar sendiri dan baca2 buku dari penemunya langsung? tanpa perantara penyampai dimana kita sebut guru?

    kalo ilmu yang dipelajari adalah ilmu agama, lalu kemudian kita belajar sendiri lewat info2 darimana pun, tanpa perantara penerus sumber asal ilmu, kalo islam ya tentunya Rosulullah SAW, lalu tidakkah kita sadari buku2/info2 yg lainnya yang dipelajari itu siapa yang membuat/menyampaikan sehingga kita bisa mempelajarinya? apakah Nabi SAW sendiri yang membuat karya buku2 tentang agama trsebut kemudian masih tersimpan sampai kita saat ini?

    saya sendiri pun merasa kadang aneh, kita ummat berdebat dgn ilmu yang kita belum mumpuni, padahal kita masih punya panutan yang bisa kita panuti ilmunya...
    yang semuanya, tujuannya kan utk mendapat ridho Gusti Allah SWT...

    maaf jika pendapat saya masih banyak salahnya, saya pun menyadari masih kurang banyak tahu tentang agama, terlebih madzhab2 yang selalu diperdebatkan.... padahal yang saya tahu, para Imam pelopor madzhab dulu saling menghormati tentang pendapat2 imam2 yg lainnya, yang sekarang menjadi acuan ummat. bahkan dalam sejarah (yg saya tahu), salah seorang imam berkata, saya akan menjadi pembela pertama apabila ada orang yang mencaci pendapat imam lainnya... sedemikian bijaknya beliau para imam utk saling menghargai ijtihad dalam amalan2 ibadah kita sebagai umat Nabi SAW.

    Wa Allahu A'lam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sukron atas nasihat dan pasrtisipasinya
      semoga nasihat antum bisa bermanfaat bagi semua fihak dan husunya para pembaca.

      Hapus
  4. Kemungkinan besar tradisi tahlilan memang mengadopsi dari tradisi Hindu yang mana agama Hindu adalah agama yang banyak dianut oleh masyarakat sebelum Islam masuk. Dalam kitabnya "Manawa Dharma Sastra Weda Smerti" terdapat ajaran selamatan pada hari 1,7,40,100 dan 1000 yang mana tahlilan pada prakteknya dikhususkan pada hari2 tsb..
    Jika itu memang benar artinya jika melakukan tahlilan berarti melakukan Tasyabbuh(meniru) cara beribadah orang2 kafir yang jelas2 dilarang dalam Al Quran dan Sunnah.
    Jikalau itu tidak mengadopsi dari ajaran Hindupun itu jelas bukan merupakan ajaran Islam. Ketika sahabat syahid dimedan perang apakah Rasulullah menyuruh tahlilan??? ketika rasulullah wafat apakah sahabat tahlilan?? tidak bukan.
    Beberapa pendapat mengatakan walaupun tidak pernah dilakukkan rasulullah tapi beliau membolehkan.. pertanyaannya "bagaimana bisa mengatakan beliau membolehkan padahal dulu aja tidak ada tradisi tersebut??"
    Imam besar syafi'i didalam kitab al Umm (I/318) juga berkata berkaitan dengan hal ini;
    “Aku benci al ma’tam, yaitu berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbahrui kesedihan.”
    Janganlah kita menutup mata untuk menerima yang haq jika memang tradisi kita yang selama ini bertentangan dengan syar'i kenapa tidak ditinggalkan malah mencari2 dalil yang bisa menguatkan padahal kita tau kalau dalil tersebut tidak dimaksudkan untuk itu.
    Wa Allahu a'lam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhi IndarShah, memang benar masalah selamatan pada hari 1,7,40,100 dan 1000 itu dilakukan oleh orang Hindu. dan sebelum antum memfonis Kami Tasyabuh dengan mereka apakah antum sdah faham apa yang dinamakan Tasyabbuh,
      caba antum baca ini :

      Tasyabbuh : menyerupai adat suatu kaum dengan "tanpa manfaat yg jelas" selain kecintaan pada kaum tersebut dan bangga atas adat kaum tsb.

      Hukum tasyabbuh : bisa haram, makruh, mubah, sunnah, dan wajib.
      Haram : mengikuti adat istiadat kaum non muslim seraya merasa hina menggunakan adat islami (mengenakan pakaian yang memperlihatkan aurat)
      Makruh : mengikuti adat istiadat kaum non muslim tanpa manfaat apa apa (memakai jas dan dasi untuk beribadah shalat jumat, padahal lebih baik menggunakan asesoris sunnah)
      Mubah : mengikuti kebiasaan non muslim tapi sesekali tidak menghinakan sunnah Nabi SAW (makan dengan sendok dan garpu)
      Sunnah : mengikuti adat non muslim yg baik (memakai komputer, ponsel dan sarana baru yang padanya terdapat banyak manfaat yg diambil untuk kebaikan)
      Wajib : jika tak dilakukan maka akan membahayakan diri atau mencelakai orang lain (taat berhenti saat lampu merah, jika tak dituruti maka akan mencelakai diri atau orang lain)

      yang ana tanyakan apakah kami tepat dibilang TASYABBUH sedangkan arti tasyabbuh sendiri bukan hanya menyerupai/menirukan akan tetapi ada rasa bangga dan kecintaan atas barang yang ditirukan tsb.

      Hapus
    2. Alhamdulillah anda menyadari bahwa selamatan itu merupakan ritual dari agama hindu.
      Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya '
      "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia adalah bagian dari mereka."(HR Ibnu Majah).

      Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
      “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.” (HR. At-Tirmizi no. 2695)

      kita semua tau kalau rasulullah paling tidak suka menyerupai orang2 kufar sampai masalah jenggot saja kita disuruh memelihara untuk menyelisihi orang2 kufar apa lagi masalah ibadah. Klau yang antum tanyakan apakah tepat ya menurut saya sangat tepat, gmn kl pertanyaannya ditujukan kepada anda sendiri tepat atau tidak?

      Hapus
    3. Lho indarsah kok pakai hp...??? Padahal nabi muhammad g ada hp...

      Hapus
    4. Lho indarsah kok pakai hp...??? Padahal nabi muhammad g ada hp...

      Hapus
  5. Berkata Imam Asy-Syafi’i رحمه الله di dalam Al-Umm 1/248: "Aku membenci ma'tam, yaitu berkumpul-kumpul (di rumah keluarga mayit), meski di situ tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru."

    Lihat juga: Raudhatut Thalibin, Imam An-Nawawi 2/145, Mughnil Muhtaj 1/268, Hasyiyatul Qalyubi 1/353, Al-Majmu' Syarah Muhadzab 5: 286, Al- Fiqhu Alal Madzahibil Arba'ah 1/539, Fathul Qadir 2/142, Nailul Authar 4/148.

    Lebih lanjut di Kitab I'anatut Thalibin, Syarah Fathul Mu'in, juz 2, hal.145 –Kitab rujukan Nahdlatul Ulama – disebutkan:
    نَعَمْ , مَايَفْعَلُهُ النَّاسَ مِنَ اْلإِجْتِمَاعِ عِنْدَ أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعِ الطَّعَامِ مِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلىَ مَنْعِهَا
    “Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasuk BID'AH MUNGKARAT yang bagi orang yang mencegahnya akan diberi pahala."

    BalasHapus
  6. ya sudah, kalau kemurnian agama yang diinginkan wahabi itu apa adanya..sebaiknya anda kalau pergi kemana-mana sebaiknya naik onta saja, karena naik sepeda atau motor atau mobil itu bid'ah, sebab nabi tidak pernah melakukan itu..

    BalasHapus
  7. Hidup Ahlusunnah hancurkan wahabi.......usir dari indonesia..pemecah belah umat....pidatonya mengadu domba terus menerus...

    BalasHapus
  8. Kenapa ada wahabi, NU, Muhamadiyah dll....................semua itu yang memecah belah ISLAM (pendirinya mungkin tidak!!!!!), Kenapa Tidak ISLAM Saja...masing masing ngotot, kita kok sesama muslim saling menghujat... masing masing bodoh, dan mau dibodohi... Jalani aja keyakinan masing masing, jangan bodoh memaki golongan lain tanpa ilmu ... Heran Dengan orang orang bodoh yang terus saling menghujat satu sama lain!!! Akhlak dulu benerin dah ah, baru boleh Komen itu ini ... TANYA DIRI MASING MASING, APAKAH SUDAH BETUL AKHLAK DARI BANGUN SAMPE TIDUR LAGI??? kalo masih MENGHUJAT Berarti masih belum bener tuh akhlaknya..... Masuk dulu rumah sakit jiwa , biar sembuh jiwanya!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah saya netral sesuai apa qur'an saja makanya tahlilan saya tinggal

      Hapus
  9. Setiap amaliyah warga NU selalu muncul kontra. Padahal semua ada dasar hukumnya. Jgn terlalu gampang keluarkan kata kafir, bid'ah kepda sesama muslim. Mari kita pertanggung jawabkan amal perbuatan kita nanti di akhirat.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah Buku-buku Laa Tasyuk! Press, telah mendapat respon dari tokoh-tokoh NU! Walaupun belum ada satupun yang bisa mematahkan dalil-dalilnya, mengapa demikian ? Karena kami senantiasa menyertakan sanad dalam pendalilannya, hal ini menunjukkan dengan jelas ketelitian dan sikap berhati-hati kami dalam menyampaikan hadits. Dengan begitu, klaim orang-orang yang sesat dan senang membuat keraguan umat dapat ditolak, dan syubhat-syubhat yang mereka lon¬tarkan seputar keshahihan hadits dapat dipatahkan ! Dengan demikian maka semua buku Laa Tasyuk! Press, bisa memukul balik apa yang dituduhkan para pengusung kesesatan. Namun, bisa memukul balik Para Penyesat bukanlah tujuan. Yang lebih penting adalah menjelaskan bahwa al-haq atau kebenaran, tidak mungkin bisa dikalahkan oleh kebathilan atau kesesatan !!

    BalasHapus
  11. Afrokhi Abdul Ghani (Penulis Buku Putih Kiyai NU) Ngumpet !!
    HAQHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

    BalasHapus
  12. Semakin yakin dengan dakwah Salaf Alhamdulillah

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah semakin mantap mengikuti manhaj Aswaja

    BalasHapus
  14. lah2 kok nyinggung syaikh al-Albani di bilang sesat kwlo sesat kok gak di penjara ya. malah bukannya di penjara justru sebelum wafat nulinggalin wasiat ketakwaan sungguh aneh orang NU ini

    BalasHapus

Anda pengunjung yang ke